Saturday, April 14, 2012

Testing and Refinement



Pengembangan produk hampir selalu membutuhkan pembuatan dan pengujian prototype.Prototype merupakan sebuah penaksiran produk melalui satu atau lebih dimensi yang menjadi perhatian.



a. Tipe-tipe Prototipe

Prototype dapat diklasifikasikan menjadi dua dimensi.Dimensi yang pertama membedakan antara prototype fisik dan prototype analitik.Prototype fisik merupakan benda nyata yang dibuat untuk memperkirakan produk. Aspek-aspek dari produk yang diminati oleh oleh tim pengembangan secara nyata dibuat menjadi suatu benda untuk pengujian dan percobaan. Contoh prototype fisik meliputi model yang tampilannya seperti
produk,.Prototype Analitik menampilkan produk yang tidak nyata, biasanya ditampilkan secara matematis.Contoh protoyipe analitik diantaranya simulasi computer, sistem persamaan penulisan pada kertas computer, dan model computer geometric tiga dimensi. Dimensi yang kedua adalah mengenai tingkatan dimana sebuah prototype ada yang menyeluruh dan ada pula yang terfokus.Prototype yang menyeluruh mengimplementasikan sebagian besar atau semua atribut dari produk.Contohnya sebuah prototype yang diberikan kepada customer untuk mengidentifikasi kekurangan dari desain sebelum memutuskan untuk diproduksi lebih banyak.Sedangkan prototype terfokus mengimplementasikan satu atau sedikit sekali atribut produk.Contoh prototype produk meliputi model busa, untuk menggali bentuk dari prototype dan kabel pada papan sirkuit untuk memeriksa tampilan elektronik dari sebuah rancangan produk.

 Physical vs. Analytical Prototypes

Physical Prototypes
• Merupakan model nyata dari suatu produk
• Dapat menampilkan karakteristik/sifat yang tidak dapat didefinisikan secara jelas
• Beberapa sifat/karakteristik dapat ditampilkan pada produk dari hasil penaksiran
• Lebih mudah untuk dikomunikasikan
Analytical Prototypes
• Merupakan model matetatis dari suatu produk
• Hanya dapat menampilkan sifat yang timbul secara jelas mengenai fenomena model
• Beberapa sifat/karakteristik dapat ditampilkan pada produk dari hasil analisis
• Seringkali memungkinkan lebih banyak kebebasan dibandingkan percobaan model fisik

 Focused vs. Comprehensive Prototypes

Focused Prototypes
• Mengimplementasikan hanya satu atau beberapa atribut dari produk
• Menjawab pertanyaan khusus tentang produk desain
• Pada umumnya dibutuhkan pada beberapa kasus
Comprehensive Prototypes
• Mengimplementasikan banyak atau seluruh atribut dari produk
• Menawarkan kesempatan untuk pengujian yang lebih ketat
• Seringkali terbaik digunkan untuk milestones dan integrasi

b. Kategori Dasar Ptototipe


1. Proof-of-Principle Prototype (Model) (disebut juga breadboard). Prototipe jenis ini digunakan untuk menguji beberapa aspek dari desain tanpa bermaksud untuk mencoba mensimulasikan dengan persis tampilan visua, pilihan bahan atau rancangan proses manufakturnya. Prototype tersebut dapat digunakan untuk "membuktikan" sebuah pendekatan desain potensial seperti berbagai gerakan, mekanik, sensor, arsitektur, dll.
Jenis model ini sering digunakan untuk mengidentifikasi pilihan desain yang tidak dapat bekerja dengan baik, dan juga untuk menentukan pengembangan dan pengujian yang dibutuhkan.

2. Form Study Prototype (Model) Jenis prototipe ini memungkinkan desainer untuk menjelajahi dasar ukuran, tampilan dan nuansa dari sebuah produk tanpa simulasi fungsi yang sebenarnya atau tepat visual tampilan dari produk. Mereka dapat membantu menilai faktor ergonomis dan memberikan gambaran ke dalam aspek visual dari produk akhir formulir. Form Study Prototype biasanya berupa hand-carved atau
machined model yang mudah dibuat, bahannya murah(misalnya, busa urethane), tanpa menampilkan produk yang sebenarnya. Karena bahan-bahan yang digunakan, model ini dimaksudkan untuk pengambilan keputusan internal dan biasanya tidak tahan lama dan bukan untuk digunakan oleh user atau konsumen.

3. Visual Prototype (Model) merupakan rancangan yang mewakili gambar desain,warna, tektur dan estetika, akan tetapi tidak benar-benar mewujudkan fungsi (s) dari produk akhir. Model tersebut cocok digunakan dalam riset pasar, eksekutif review dan approval, kemasan mock-ups, dan foto untuk literatur penjualan.

4. Functional Prototype (Model) (juga disebut sebagai working prototype) akan
mewakili produk asli sejauh pembuatnya mencoba untuk mensimulasikan desain akhir, estetika, bahan-bahan dan fungsionalitas dari desain yang diinginkan. Fungsional prototype dapat dikurangi dalam ukuran (skala bawah) untuk mengurangi biaya. Pembuatan prototype ini dimaksudkan untuk memeriksa dan mengetahui kekurangan dari desain sebelum proses produksi.

c. Kegunaan Prototypes?


Learning (Pembelajaran)
Menjawab permasalahan mengenai performansi dan kelayakan dari suatu produk.
misalnya: proof-of-concept model
Communication (komunikasi)
Mendemonstrasikan produk untuk mengetahui feedback yang akan diperoleh
misalnya: 3D physical models of style or function
Integration (Penggabungan)
Mengkombinasikan sub-system kedalam model system. 
Misalnya: alpha or beta test models
Milestones
Mendemonstrasikan bahwa produk telah mencapai tingkat kegunaan yang diinginkan.
misalnya: first testable hardware

d. Merencanakan Prototype


Langkah1. Menetapkan Tujuan Prototype
Pada langkah ini kita mendaftar beberapa kebutuhan. Kebutuhan tersebut beracuan pada Tujuan prototype yaitu pembelajaran, komunikasi, penggabungan dan milestone.

Langkah2. Menetapkan Tingkat Perkiraan Konsep
Dalam merencanakan sebuah prototype dibutuhkan tingkatan dimana produk akhir yang diperkirakan akan ditetapkan. Pada langkah ini mulai mempertimbangkan metode yang terbaik dari kebutuhan yang telah ditetapkan.

Langkah3. Menggariskan Rencana Percobaan
Dalam pengembangan produk, peggunaan prototype dapat di anggap sebagai sebuah percobaan. Pada rencana percobaan mulai dijelaskan mengenai identifikasi variable percobaan (jika ada), protocol pengujian, sebuah indikasi pengukuran apa yang akan ditampilkan, dan sebuah rencana untuk menganalisis data hasil.

Langkah4. Membuat Jadwal Untuk Perolehan, Pembuatan dan Pengujian
Dalam membuat jadwal ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu menetapkan kapan bagian-bagian tersebut akan siap untuk dirangkai, kapan prototype akan diuji untuk pertama kali dan kapan prototype diharapkan akan selesai diuji serta dapat memberikan hasil akhir.

Contoh Pengujian Produk Pada Mobil Toyota City

Sebagai produsen mobil terkemuka di dunia dengan filosofi Customer First, Quality First,recall masif yang mencapai 14 juta mobil pada awal tahun ini membuat Toyota menderita. Kondisi tersebut terjadi ketika Akio Toyoda, cucu pendiri Toyota Kiichiro Toyoda, baru saja memimpin perusahaan mobil nomor 1 di dunia tersebut.
Kasus recall atau pemanggilan untuk diperbaiki sangat menyesakkan Toyota karena jumlah itu merupakan 80 persen dari semua mobil yang dibuat lalu dipasarkan di luar Jepang. Oleh karena itulah, untuk membuktikan komitmennya—sesuai dengan filosofi dan pesan pendirinya—Toyota Motor Corporation (TMC) mengundang wartawan mancanegara untuk melihat langsung fasilitas tes uji mutu Toyota di Toyota City (Toyota-cho) di Aichi Prefektur, Jepang. 

Ternyata tidak hanya wartawan dari Asia yang diundang untuk melihat langsung fasilitas dan kegiatan uji mutu Toyota tersebut. Wartawan dari Amerika Serikat—negara dengan jumlah konsumen paling banyak mengalami recall—telah melakukan kunjungan pada akhir Juli lalu.

Komite Khusus


Sejak 30 Maret lalu, Toyota membentuk komite khusus untuk kualitas global. Untuk memperkuat kepastian kualitas dengan memperlihatkan semua proses kerja dan layanan yang sesuai dengan harapan konsumennya, Komite Mutu ini langsung dipimpin oleh Presiden Toyota Akio Toyoda.

Dijelaskan pula, Toyota punya satuan khusus untuk menentukan standar kualitas regional, seperti di Amerika Utara, Eropa, China, Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika, Amerika Selatan dan Tengah, serta Jepang. Yang cukup menarik, untuk menjaga kualitas (menekan recall), Toyota mengaku berusaha meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, mulai dari perancangan, perakitan, sampai memantau keluhan dari konsumen. 

Oleh karena itu pula, jam kerja untuk meningkatkan kualitas diperpanjang. Bahkan pada 2010 ini, TMC menambah 1.000 ahli untuk mendukung dan menjaga kualitas produknya. 

Pesan pendiri

Wartawan dari Asia, termasuk Indonesia, yang melakukan perjalanan minggu lalu langsung diajak ke kantor pusat Toyota di Toyota City. Di markas Toyota tersebut, Akiko Machimoto, Group Manager Public Affair Div TMC, langsung menjelaskan tahapan proses kerja Toyota untuk memastikan dan menjaga mutu produknya. 

Di sana juga ditayangkan video filosofi Toyota tentang mutu: Toyota Spirit = Quality First. Pada video itu, pesan pendiri Toyota industri, Sakichi Toyoda, diputar ulang. Ia mengatakan, ”Produknya tidak boleh dijual kalau belum dites.” Sementara itu, putranya, pendiri TMC, Kiichi Toyoda, menyampaikan pesan “Customer First, Quality First”. Dengan itu pula, Toyota menerima Deming Prize pada 1965 atas kontribusi Toyota pada total quality control (TQC).

Tes ketahanan

Selesai presentasi, wartawan diboyong langsung ke fasilitas pengetesan. Pertama, tempat menguji daya tahan suspensi di Toyota City. Di sana, kami melihat Toyota Camry yang sedang melalui uji ketahanan suspensi tanpa ban, pengemudi, penumpang, dan muatan di sebuah simulator jalan. Mesin dengan lengan-lengan panjang bercat kuning mengoncang suspensi-suspensi pada keempat roda dengan berbagai kondisi dan kekuatan. Mobil seakan-akan meluncur di jalan bergelombang.

“Tes ini dilakukan karena kondisi jalan di berbagai negara tidak sama,” ujar Katsutoshi yang menjelaskan proses tes kepada wartawan. Dijelaskan pula bahwa tes dilakukan terus-menerus selama 24 jam. Bahkan, pengetesan berlangsung 1-2 bulan. 

Tak hanya itu, di sana kami juga diperlihatkan badan Camry yang diguncang (dilengkapi dengan ban). “Ini tes untuk mengetahui kondisi bodi mobil yang mengalami guncangan saat dikirim, baik dengan kapal maupun trailer,” bebernya. 


Setelah diguncang, semua komponen suspensi, bagian kolong, dan badan diperiksa lagi. Melihat kondisi tersebut, seorang rekan dari Indonesia berucap, ”Ternyata tidak gampang bikin mobil!”

Tes banjir


Selanjutnya, wartawan diajak melihat dan langsung naik ke Camry kemudian menerobos genangan air yang cukup dalam atau tes banjir. Menurut Shinji Gotou, petugas tes di lapangan, tes banjir ini bertujuan untuk melihat kemampuan mesin dan mobil saat menerjang sungai atau berada di bawah siraman hujan deras. Ia menyebutkan, kondisi banjir paling parah sering terjadi di India dan China.

Tes dilakukan pada dua kedalaman air yang berbeda serta juga kecepatan mobil ketika melewatinya. Pada air yang lebih dalam, setinggi roda, Camry melaju pada kecepatan 20-35 km/jam. Adapun pada air yang agak dangkal, Camry dikebut pada 40 km/jam. 

Setelah itu, kap mesin dibuka. Shinji Gotou menjelaskan, salah satu tujuan tes melewati banjir adalah mengetahui kemungkinan terjadinya water hammer. Menurutnya, posisi lubang saluran udara Camry lebih tinggi dibandingkan mobil premium Eropa lain. “Posisi lubang saluran isap Camry 700 mm dari permukaan jalan. Ini lebih aman saat melintasi banjir,” ungkapnya.

No comments:

Post a Comment