Tuesday, May 8, 2012

Quality Fuction Deployment (QFD)


Quality Function Deployment dikembangkan oleh Yoji Akao di Jepang pada tahun 1966. Menurut Akao, QFD adalah metode untuk mengembangkan kualitas desain yang bertujuan untuk memuaskan konsumen dan kemudian menerjemahkan permintaan konsumen menjadi target desain dan poin utama kualitas jaminan untuk digunakan di seluruh tahap produksi. QFD adalah cara untuk menjamin kualitas desain sedangkan produk yang masih dalam tahap desain merupakan sisi yang sangat penting. Manfaat produk ditunjukan ketika tepat diterapkannya QFD yang telah menunjukkan pengurangan pembangunan waktu dengan satu-setengah sampai sepertiga. (Akao, 1990) Fokus utama QFD adalah melibatkan pelanggan dalam proses pengembangan produk sedini mungkin, karena pelnggan tidak akan pus dengan suatu produk, meskipun suatu produk telah dihasilkan secara sempurna.


b. Tujuan

Ada 3 tujuan utama dalam menerapkan QFD adalah:
 Memprioritaskan keinginan dan kebutuhan pelanggan secara lisan dan tidak lisan.
 Menerjemahkan kebutuhan ke dalam karakteristik teknis dan spesifikasi.
 Membangun dan memberikan kualitas produk atau layanan dengan memfokuskan setiap kepuasan pelanggan.

c. Manfaat

Manfaat QFD bagi perusahaan yang berusaha meningkatkan daya saingnya melaui perbaikan
kualitas dan produktifitasnya secara berkesinambungan adalah sebagai berikut :
 Meningkatkan Keandalan Produk.
 Meningkatkan Kualitas Produk.
 Meningkatkan Kepuasan Konsumen.
 Memperpendek time to market.
 Mereduksi biaya perancangan.
 Meningkatkan komunikasi.
 Meningkatkan Produktivitas.
 Meningkatkan keuntungan perusahaan.

d. Keunggulan

 Menyediakan format standar untuk menerjemahkan kebutuhan konsumen menjadi persyaratan teknis, sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen.
 Menolong tim perancang untuk memfokuskan proses perancangan yang dilakukan pada fakta yang ada.
 Memungkinkan proses modifikasi selama tahap perancangan sehingga dapat terus dikaji ulang.


e. Proses Implementasi

1. Membentuk tim:

Tim proyek dibentuk berdasarkan sifat proyek yang akan ditangani. Untuk proses pengembangan produk lama tim terdiri dari personil pemasaran, rekayasa, kualitas, dan produksi. Sedangkan untuk pengembangan produk baru, tim terdiri dari personil riset dan pengembangan.

2. Menyusun prosedur pemantauan:

Tiga hal yang perlu dilakukan dalam rangka pemantauan :
 Apa yang akan dipantau?
 Bagaimana memantaunya?
 Berapa kali frekuensi pemantauannya?

3. Memilih proyek :

Melalui tahap pengumpalan data, analisis dan evaluasi data, penentuan obyek, dan pelaksanaan.

4. Menyelenggarakan pertemuan tim :

Untuk menjelaskan misi tim, peran masing-masing personil, dan parameter yang harus dicapai tim.


5. Melatih tim :

Tim dilatih untuk memahami cara kerja QFD.

6. Mengembangkan matrix-matrix :

Jika tim sudah memahami QFD maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan matrixmatrix QFD.
Sebelum memulai untuk menentukan memproduksi suatu barang/jasa yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen, maka perlu dilakukan riset dengan cara mengidentifikasikan kemauan konsumen dan pengaruh-pengaruh eksternal berupa pesaing yang telah ada sebelumnya dan kemungkinan pesaing yang akan datang. Proses QFD melibatkan satu atau lebih matrix yang disebut “Quality Tables” Menurut Cohen (1992) tahap-tahap dalam menyusun home of quality adalah sebagai berikut:

a) Tahap I: Matrik Kebutuhan Pelanggan,
Tahap ini meliputi:
 Memutuskan siapa pelanggan
 Mengumpulkan data kualitatif berupa keinginan dan kebutuhan konsumen
 Menyusun keinginan dan kebutuhan tersebut
 Pembuatan diagram afinitas

b) Tahap II :Matrik Perencanaan
Tahap ini bertujuan untuk mengukur kebutuhan-kebutuhan pelanggan dan menetapkan tujuan-tujuan performansi kepuasan.

c) Tahap III: Respon Teknis
Pada tahap ini dilakukan transformasi dari kebutuhan-kebutuhan konsumen yang bersifat non teknis menjadi data yang besifat teknis guna memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut.

d) Tahap IV :Menentukan Hubungan Respon Teknis dengan Kebutuhan Konsumen
Tahap ini menentukan seberapa kuat hubungan antara respon teknis (tahap 3) dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (tahap 1).

e) Tahap V :Korelasi Teknis
Tahap ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakterisitik kualitas pengganti atau respon teknis. Sehingga dapat dilihat apabila suatu respon teknis yang satu dipengaruhi atau mempengaruhi respon teknis lainnya dalam proses produksi, dan dapat diusahakan agar tidak terjadi bottleneck.

f) Tahap IV :Benchmarking dan Penetapan Target
Pada tahap ini perusahaan perlu menentukan respon teknis mana yang ingin dikonsentrasikan dan bagaimana jika dibandingkan oleh produk sejenis











Langkah-langkah penjabarannya :
1. Menerjemahkan kebutuhan konsumen menjadi karakteristik teknis dengan matrix House of Quality
2. Menerjemahkan karaktiristik teknis menjadi komponen.
3. Menerjemahkan karakteristik komponen menjadi karakteristik proses.
4. Menerjemahkan karakteristik proses menjadi kebutuhan konsumen.



No comments:

Post a Comment